Home » » Inilah Kisah Pak presiden Harto kikuk yang dijodohkan dengan Ibu negara Tien alias ibu Siti Hartinah

Inilah Kisah Pak presiden Harto kikuk yang dijodohkan dengan Ibu negara Tien alias ibu Siti Hartinah

Inilah Kisah Pak presiden Harto kikuk yang dijodohkan dengan Ibu negara Tien-90 tahun yang lalu, lahir seorang wanita yang kelak akan menjadi tokoh Indonesia. Hari ini adalah hari Ulang Tahun kelahiran Raden Ayu Siti Hartinah, atau akrab dikenal dengan Ibu Tien. Dengan segala kontroversinya Ibu Tien adalah pahlawan Nasional RI.


Ibu Tien adalah sosok wanita yang dicintai oleh presiden kedua Republik indonesia ini, Soeharto. Cinta Pak Harto kepada Ibu Tien begitu besar.

Kisah cinta keduanya berawal dari sebuah perjodohan. Kala itu, Pak presiden Harto berusia 26 tahun dan sedang bertugas di Jakarta, yang saat itu sedang riuh dengan peristiwa penjanjian Renville.

Pak presiden Harto kemudian didatangi oleh keluarga Prawirowihardjo yang tidak lain merupakan paman sekaligus orang tua angkatnya pak harto.

Awalnya, pembicaraan di antara mereka merupakan pembicaraan layaknya orang tua dan anak. Tetapi, tiba-tiba Ibu Prawiro bertanya kepada Pak presiden Harto tentang rencana pernikahan dengan ibu tien.

Pak presiden Harto yang saat itu berpangkat Letkol tidak begitu serius menanggapi pertanyaan bibi sekaligus ibu angkatnya itu. Tetapi, Ibu Prawiro terus mendesak dan mengingatkan Pak presiden  Harto pentingnya sebuah pernikahan yang tidak boleh terhalangi oleh apapun termasuk perang.

"Tetapi, siapa pasangan saya? Saya balik bertanya kepada mereka. Saya tidak punya calon," ujar Pak presiden  Harto dalam otobigrafi 'Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya' halaman 43-45.

Ibu Prawiro pun meminta Pak Harto agar tidak pusing dengan masalah perjodohan. Ibu Prawiro ternyata telah memiliki calon yang cocok untuk mendampingi Pak Harto yaitu ibu negara tien.

"Kamu masih ingat dengan Siti Hartinah (ibu tien), teman satu kelas adikmu, Sulardi, waktu di Wonogiri?" tanya Ibu Prawiro.

Pak Harto ternyata masih ingat dengan sosok Ibu Tien. "Tetapi, bagaimana bisa?" kata Pak  presiden Harto kembali bertanya.

Pak presiden Harto tidak yakin Ibu Tien mau menjadi istrinya. Alasannya sederhana, Ibu Tien putri seorang bangsawan Jawa, sedangkan Pak presiden Harto hanyalah anak seorang petani.

"Apa dia akan mau? Apa orang tuanya akan memberikan? Mereka orang ningrat. Ayahnya, Wedana, pegawai Mangkunegaran," ungkap Pak Harto dengan perasaan minder.

Namun, Ibu Prawiro mencoba membesarkan hati Pak Harto. Dia kemudian berjanji akan mengurus semuanya, dengan jaminan kedekatannya dengan keluarga Kandjeng Pangeran Harjo (KPH) Soemoharjomo, ayah dari Ibu Tien.

Tanpa disangka, ternyata keluarga KPH Soemarjomo mau menerima tawaran Ibu Prawiro. Akhirnya, kedua keluarga itu sepakat untuk menggelar upacara 'nontoni', mempertemukan antara calon pengantin pria dengan calon pengantin wanita.

"Agak kikuk juga, sebab sudah lama saya tidak melihat Hartinah dan keragu-raguan masih ada pada saya, apakah dia akan benar-benar suka kepada saya," tutur Pak Harto.

Suasana saat prosesi 'nontoni' berlangsung ternyata cukup baik dan hangat. Tanpa harus menunggu lama, pertemuan itu berujung pada pembicaraan mengenai penentuan hari pernikahan.

"Ini rupanya benar-benar jodoh saya," kata Pak Harto.

Pernikahan pun dilangsungkan pada tanggal 26 Desember 1947 di Solo, dalam suasana penuh kesederhanaan, karena perang tengah berkecamuk kala itu. Bahkan, penerangan di malam hari terpaksa harus dibuat redup untuk menghindari kemungkinan adanya serangan dari Belanda.

Tiga hari usai pernikahan, Pak Harto langsung memboyong Ibu Tien ke kota tempatnya bertugas, Yogya.

Sumber : Merdeka.com

Like Dan Share Jika Kamu Suka Artikelnya Dan Terima Kasih Sudah Berkunjung Di Blog Sederhana Ini


0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Pos Terkini - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger