Kisah Dirman, Buruh Pabrik Kuali yang Kabur Tapi Diteriaki Maling Dirman (22), salah satu buruh pabrik kuali buruh panci di Kampung Bayur Opak RT 03 RW 06 Desa Lebak, Sepatan Timur, Tangerang, Banten sudah merasa tidak betah saat 3 hari bekerja di sana. Dirman lantas berusaha kabur, dia mengambil langkah seribu. Apa lacur, dia hampir digebuk karena diteriaki maling oleh TNI yang menjadi beking pabrik itu.
Dirman menceritakan kisahnya dalam jumpa pers di Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) di Jalan Borobudur, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2013).
Dirman mengaku saat berusaha kabur ia terus lari menyusuri jalan dan sempat bersembunyi di sekitar semak-semak. Pada akhirnya usaha pelarian Dirman diketahui oleh mandor. Saat itu salah seorang anggota TNI yang diketahui bernama A mencari dirinya dan, ketemu! Ia pun diteriaki maling oleh tentara sampai akhirnya dirinya dikepung oleh warga.
"Saya bilang ke warga kalau saya bukan maling, saya ini buruh nggak betah kerja dan coba kabur, akhirnya warga melepaskannya," tuturnya.
Dirman yang telah lepas dari warga karena teriakan maling dari anggota TNI berseragam loreng itu langsung diikat tangannya. Dirman pun dibawa kembali ke lokasi pabrik. Selama di sana dalam keadaan terikat ia ditelanjangi oleh anggota TNI tersebut hingga mengenakan celana dalam. Kemudian para mandor kembali mengumpulkan buruh, saat itu Dirman dalam keadaan terikat disiksa dan diancam oleh sang mandor dan anggota TNI tersebut.
"Kalian semua kalau macem-macem akan seperti ini, kalau nggak pengin kayak dia atau lebih parah dari ini kalian kerja yang benar dan nurut!" ujar Dirman saat meniru ancaman anggota TNI itu.
Usai mendapat siksaan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi, dalam keadaan terikat dan tidak mengenakan baju Dirman dikurung di dalam kamar mandi selama satu malam. Semenjak itu perasaan takut, dan terancam dirasakan oleh dirinya.
"Abis itu udah nggak berani lagi kabur," ujarnya.
Sementara aktivis KontraS Yati, mengatakan hingga saat ini para buruh tersebut masih mengalami rasa trauma hebat. Bahkan untuk berusaha menceritakan kembali saat bekerja di sana mereka semua ketakutan.
"Kita harus bisa mendekati secara pelahan-lahan karena mereka mangalami trauma," Kata Yati.
Yati mengatakan saat ini ia bersama Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tengah mengusahakan agar mereka mendapat perlindungan dan pemulihan rasa trauma yang hebat.
"Kita lagi usaha supaya dapat perlindungan, jadi ketika bersaksi ia dapat menceritakan semuanya tanpa harus ada yang ditutup-tutupi," tandasnya.
Like Dan Share Jika Kamu Suka Artikelnya Dan Terima Kasih Sudah Berkunjung Di Blog Sederhana Ini
Follow @posterkini |
|
0 komentar:
Post a Comment