Home » » Inilah Enam Tanggapan Seorang TKI Atas Tuduhan Komunis oleh Ustadz Solmed

Inilah Enam Tanggapan Seorang TKI Atas Tuduhan Komunis oleh Ustadz Solmed

Inilah Enam Tanggapan Seorang TKI Atas Tuduhan Komunis oleh Ustadz Solmed -Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong, Rihanu Alfia mengirimkan surat terbuka yang cukup panjang kepada ustad Solmed. Surat tersebut merupakan sikap pribadinya atas pernyataan sang ustad yang menyebut sebuah organisasi TKI yang berseteru dengannya mirip kaum komunis.


"Saya Rihanu Alifa, saya TKI Hong Kong, tidak kenal ustad Solmed, juga tidak kenal dengan organisasi TKI Hong Kong yang berseteru dengannya. Saya tidak memihak siapapun," katanya.

Rihanu mengunggah surat terbukanya melalui blog pribadinya. Surat itu menanggapi sejumlah tuduhan-tuduhan Solmed, baik yang dialamatkan kepada EO dan jamaah Thariqul Jannah, bahkan para TKI. Dia meminta konfirmasi dari Solmed, karena sejumlah pernyataan yang dinilai janggal dan merugikan.

1. Kecewa TKI Disebut Komunis
 Rihanu Alfia kecewa atas pernyataan Ustad Solmed yang menyebut aksi Thariqul Jannah mirip tindakan kaum komunis. Walaupun dia bisa memahami bahwa yang disampaikan oleh Solmed adalah bentuk pembelaan diri.
"Saya adalah salah satu TKI Hong Kong yang terluka dengan pernyataan ustaz di twitter yang mencurigai kami (TKI Hong Kong) sebagai jaringan dari komunis. Saya (masih) memaklumi jika ustaz memasang tarif saat diundang untuk berceramah. Itu hak ustaz. Pun, saya juga mengerti jika ustaz membela diri ketika ustaz dituding menaikkan tarif saat diminta ceramah di Hong Kong, terlepas dari benar atau tidaknya argumen yang ustaz sampaikan," tulisnya.
Rihanu menyesalkan kicauan Solmed di twitter dengan menyatakan kecurigaan bahwa TKI Hong Kong merupakan bagian dari jaringan komunis. Dia mengaku terluka atas kicauan yang disampaikan melalui akun twitter @SholehMahmoed tersebut.
"Saya sebagai bagian dari TKI Hong Kong merasa terluka, teriris hati saya mendengar hal ini," tegasnya.

2. Ustaz 'Memerangi' Saudara Seagama
 Tanggapan Rihanu Alfia dalam tulisan panjang itu terdorong untuk menyampaikan sikap perlawanan, karena melihat pernyataan Ustaz Solmed baik di televisi maupun media sosial. Sikapnya itu jauh dari rasa sekadar mencari sensasi, apalagi popularitas. Apa yang disampaikan merupakan suara hati.
"Sedih tak terkira saya melihat seorang ustad 'memerangi' saudara seagamanya dengan bersenjatakan media," tegasnya.
Dia juga miris, melihat dan mendengar pemberitaan beberapa media yang menurunkan berita timpang, hanya memaparkan berita dari pihak Ustaz Solmed. Media tidak ada yang berusaha melakukan cross check pada pihak EO maupun TKI di Hong Kong.
"Sebagai TKI Hong Kong, saya memang mengikuti perkembangan konflik ustaz dengan salah satu event organizer (EO) di Hong Kong yang mengundang ustaz untuk berceramah. Namun, saya tak ikut ambil pusing," tegasnya.

3. EO Untung Rp 150 Juta, Omong Kosong!
Ustaz Solmed menyebut angka Rp 150 juta bakal dikeruk oleh EO dari penjualan tiket yang dijual pada jamaah. Rihanu mempertanyakan asal hitungan tersebut. Hampir tujuh tahun di Hong Kong, selama 4 tahun, dia berkecimpung di organisasi yang terkadang juga mengundang bintang tamu artis Indonesia. "Jika tiket masuk dijual seharga HK$ 50, dan pengajian diadakan dua sesi, maka hasil dari penjualan tiket adalah 50 x 1000 orang = HK$ 50.000," ungkapnya enteng memakai angka 1000 penonton.
Gedung di Sheung Wan yang rencananya akan dipakai Solmed, sudah tiga kali dimasukinya dan menurutnya hanya berkapasitas 500 orang. Itupun kalau gedung dengan ruangan berbentuk L itu dipadati berjubel penonton.
Kurs mata uang Hong Kong saat ini HK$ 1 senilai Rp. 1300. Jadi, jika disebutkan angka Rp 150 juta, angka itu tidak masuk akal. Belum lagi kalau panitia bisa menjual habis tiketnya. "Saya katakan hal tersebut adalah Ajaib, kalau tak mau dikatakan omong kosong," tulisnya.
Pengajian di Hong Kong biasa menjual tiket, antara HK$20 sampai HK$100 dan itu sudah lazim di kalangan tenaga kerja Indonesia. Karena semua fasilitas di Hong Kong harus membayar, menggunakan Masjid pun harus bayar, tidak gratis seperti di Indonesia.
Jika pun acara dilaksanakan di tempat terbuka, seperti lapangan Victoria Park, itu juga harus ada izin dari pengelola serta membayar asuransi untuk taman.
"Di Hong Kong memakai masjid atau gedung tidak bisa gratis. Minimal perlu HK$ 4.000 untuk sewa satu gedung, ini harga sewa gedung di pelosok, kalau di pusat kota minimal bisa dua kali lipatnya," katanya.
Sementara soal sponsor, biasanya support materinya tidak begitu banyak, sekitar HK$ 500 sampai HK$ 2.000. Sangat jauh bisa menutup biaya yang harus dikeluarkan. Biasanya juga tidak dalam bentuk tunai, tapi berupa barang yang harus dijual.
Rihanu minta Solmed menjelaskan atau menanyakan pada EO yang menangani acaranya, yang katanya menyediakan tiket pesawat, hotel dan lain-lain. Di Hong Kong yang notabene negeri orang, sulit sekali mencari sponsor untuk acara TKI. Apalagi banyak sekali organisasi TKI yang mengajukan proposal untuk acara-acara pengajian.
"Satu event semisal pengajian, 3 atau 4 sponsor saja itu belum tentu ada, karena kini semakin banyak organisasi TKI di Hong Kong, banyak acara yang bisa mereka pilih untuk didukung," tegasnya.


4. Banyak TKI Berjihad Bangun Masjid dan Pant
Jika pun acara pengajian itu memperoleh keuntungan dari penjualan tiket, serta dana dari kotak amal, maka dana tersebut tidak akan masuk ke kantong panitia. Biasanya disumbangkan ke Indonesia, entah itu untuk pembangunan masjid, pesantren atau panti asuhan.
Tidak sedikit para TKI di Hong Kong berjihad di jalan Allah, untuk mendapatkan sepeser uang yang kemudian diserahkan pada panti asuhan dan masjid.
"Ustad akan lebih tercengang lagi, jika melihat fakta bahwa begitu banyak mujahidah di Hong Kong ini yang rela berpanas-hujan menjual majalah, meminjamkan buku melalui perpustakaan lesehan, menjual buku, dan lain-lain demi mendapat keuntungan 1 atau 2 dolar yang mereka kumpulkan untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia," kisahnya.
Bayangkan, mereka rela berlelah-lelah di hari yang seharusnya menjadi hari libur. Rihanu sendiri pernah mengalaminya, menggeret koper besar berisi buku-buku untuk dipinjamkan. Uang penyewaan buku hanya numpang lewat di tangan, untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia.
Tiket pengajian pun biasanya dijual kepada mereka yang bersedia, tidak ada paksaan. Begitu pun dengan kotak amal, tidak ada paksaan untuk mengisinya. Jika pun ada yang membisniskan pengajian, itu adalah oknum, jangan pernah melakukan generalisir dengan menyebutkan BMI/TKI Hong Kong. Karena akan sangat fatal akibatnya, menjadi fitnah yang menyakiti semua.
"Saya ungkapkan di sini, event pengajian yang diadakan berbagai organisasi BMI di Hong Kong, tidaklah bertujuan untuk mengeruk untung ataupun dijadikan lahan bisnis seperti yang dikatakan ustaz Solmed. Saudara-saudara kita berjuang menegakkan agama Islam di negeri non muslim ini," tegasnya.

5. Media Berpihak Pada Solmed
KapanLagi.com - Media infotainment di Indonesia, tidak berimbang dalam memberitakan kasus ini dan cenderung membela ustaz Solmed, yang memang layak jual dari sisi jurnalistik. Namun setiap berita yang diturunkan seharusnya berimbang, tidak hanya dari satu sisi.
"Meskipun narasumber berita jauh, wartawan harus tetap mengusahakan untuk mewawancarainya meski hanya melalui saluran telepon," tulisnya.
Media, pinta Rihanu, untuk menghubungi dan mewawancarai langsung EO yang mengundang ustad Solmed ke Hong Kong, agar berita yang disampaikan pada masyarakat tidak berat sebelah.
"Media yang seperti itu (berat sebelah dan lebay) akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat yang berimbas pada kematian media itu sendiri," tegasnya.
Rihanu sendiri juga kecewa dengan para aktivis organisasi TKI yang tidak suaranya tidak begitu terdengar dalam menanggapi kasus ini.


6. Boikot Solmed
Para TKI dan organisasinya di Hong Kong merupakan kekuatan yang besar yang memiliki solidaritas tinggi. Mereka bisa saja melakukan boikot atas ustaz Solmed.
"Kita bisa saja memaafkan ustaz Solmed atas pernyataannya di twitter yang mencurigai TKI Hong Kong sebagai komunis. Kita juga bisa memboikot ustad Solmed dengan menganjurkan keluarga kita agar meninggalkan segala tontonan yang menampilkan ustad Solmed. Kita adalah kekuatan yang besar jika bersatu. Kita dikatakan komunis, komunis itu tak bertuhan, rela kita dikatakan demikian?" tulisnya.
Namun hal itu tidak ingin dilakukannya, karena memang tidak ada untungnya.
Kasus ini, menurutnya bisa sebagai pelajaran bagi teman-teman yang berkecimpung di organisasi, terutama dalam bidang keagamaan. Terutama urusan kontrak kerja dengan Solmed, yang ternyata tidak tertulis.
"Belajar dari hal ini, tawarkanlah surat perjanjian pada tamu yang akan diundang. Jika hal itu dianggap merepotkan, maka gunakan fasilitas rekam suara di HP. Kita bisa merekam pembicaraan di HP dengan sang tamu yang akan diundang," mintanya.
"Simpanlah bukti sms atau whatsapp untuk setiap deal yang teman-teman lakukan dengan calon tamu. Jadi, jika di kemudian hari terjadi konflik seperti ustad Solmed di atas, teman-teman punya bukti kuat," pungkasnya.

Sumber : http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/enam-pesan-seorang-tki-untuk-ustad-solmed-3336c7-6.html

Like Dan Share Jika Kamu Suka Artikelnya Dan Terima Kasih Sudah Berkunjung Di Blog Sederhana Ini


0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Pos Terkini - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger